TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT – Kabut asap dampak Karhutladi Kotim tampak makin pekat setelah diguyur hujan ringan terutama tampak pada pagi hari.
Kabut asap sisa dari kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla di Kotim masih tampak menyelimuti sebagian besar wilayah Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).
Kabut asap dampak Karhutla di Kotim tersebut tampak makin pekat terutama pada pagi hari dalam beberapa pekan terakhir.
Asap dampak Karhutla di Kotim tersebut belum merata terlihat menyelimuti Kota Mentaya karena kadang terlihat jelas dan kadang samar-samar pada bebera lokasi.
Namun, pada Jumat (8/09/2023) kabut asap yang meliputi Kota Sampit tampak lebih pekat dari biasanya.
Ini seperti terlihat di Jalan Tjilik Riwut, Jalan A.Yani, dan Sekitar Ikon Jelawat yang diperkirakan dampak hujan ringan dengan durasi singkat yang mengguyur dalam dua hari terakhir.
“Kondisi ini karena lahan yang terbakar diguyur hujan, di beberapa kecamatan dan sekitar Kota Sampit. Ditambah, angin tidak berhembus kencang, sehingga pagi tadi kita rasakan bau asap agak menyengat,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim, Multazam.
Ia menuturkan, hujan ringan yang mengguyur Kota Sampit dan sekitarnya cukup membantu upaya pemadaman karhutla yang dilakukan pihaknya.
Namun, disisi lain hujan yang membasahi lahan terbakar ini juga berpotensi menyebabkan kabut asap semakin menjadi.
Sehingga, masyarakat diimbau untuk waspada kabut asap asap yang dapat berdampak buruk pada kesehatan.
“Kami mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker ketika beraktivitas di luar ruangan, terutama pada pagi hari. Kurangi juga aktivitas di luar jika tidak perlu, untuk menghindari paparan kabut asap,” ujarnya.
Sementara itu, Prakirawan BMKG Kotim Mitra Hutauruk menjelaskan secara singkat fenomena kabut asap yang biasanya terjadi pada dini hari hingga pagi di Kota Sampit. Disebutkannya, siklus ini berkaitan dengan kerapatan massa udara.
Ketika malam hingga pagi hari dengan tidak adanya sinar matahari membuat tidak adanya partikel yang terangkat ke atmosfer, sehingga tingkat kerapatan massa udara lebih tinggi.
Partikel-partikel udara itu tetap bertahan di wilayah permukaan bumi.
“Tapi dengan berjalannya waktu dan tingkat pemanasan matahari yang semakin tinggi di jam 8 ke atas membuat adanya daya angkat ke atas, otomatis partikel-partikel udara ikut naik. Makanya ketika jam 6-7 pagi itu terasa banget kabut asapnya, tapi ketika semakin siang akan berkurang karena terbantu dengan adanya sinar matahari,” terangnya.
Disamping itu, BMKG Kotim juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi terjadinya karhutla.
Sebab, adanya curah hujan yang mengguyur Kotim, khususnya Kota Sampit, beberapa hari terakhir hanyalah bentuk anomali atau gangguan cuaca, sementara saat ini Kotim masih berada di musim kemarau yang diprediksi berlangsung sampai awal Oktober mendatang.
“Masyarakat juga kami imbau untuk peduli dengan lingkungan. Jangan hanya karena bukan lingkungan tempat tinggalnya sendiri jadi tidak peduli. Mari kita bersama-sama menjaga agar lingkungan kita tetap aman dari potensi terjadinya karhutla atau kebakaran pada umumnya,” imbaunya. (*)
Sumber: https://kalteng.tribunnews.com/2023/09/08/lokasi-karhutla-di-kotim-diguyur-hujan-ringan-kabut-asap-di-sampit-kotim-malah-makin-pekat