TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT – Menjadi personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bukanlah hal mudah. Harus siap dengan berbagai risiko di lapangan, bahkan terkadang harus bertaruh nyawa.
Tak peduli pria maupun wanita harus bisa kuat dan tangguh menghadapi berbagai situasi, dan bisa berguna bagi rekan sesama tim maupun masyarakat yang membutuhkan pertolongan.
Sayangnya, keberadaan wanita di antara personel pria kerap kali dipandang sebelah mata, seperti hanya sebagai pemanis atau pelengkap saat petugas pria sedang bekerja.
Namun, tidak demikian dengan para srikandi BPBD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) yang turut andil dalam setiap kegiatan penanggulangan bencana.
Termasuk saat maraknya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di wilayah Kotim selama 3 bulan terakhir.
Salah seorang personel wanita BPBD Kotim itu ialah Susilawati. Pekerjaa hampir tidak ada yang membedakan antara tugas personel wanita maupun pria yang turun di lapangan.
“Karena kami bekerja di lapangan itu sebagai sebuah tim, apa yang bisa dibantu kami bantu. Enggak ada ceritanya yang cowok kerja lalu yang cewek duduk santai, karena kasihan juga rekan-rekan kami yang cowok kalau tidak dibantu,” ujarnya, Sabtu (30/9/2023).
Ia melanjutkan, selain dirinya ada 6 personel wanita lain yang kerap ikut turun ke lapangan, yakni Rara, Siska, Puput, Heni, Yanti, dan Mai.
Meski tugas personel wanita yang utamanya adalah untuk membuat dokumentasi dan laporan, namun ia juga sering bertugas mengangkat gulungan selang dan mengantarkan ke petugas yang berada di dekat titik api.
Bahkan, terkadang para srikandi BPBD Kotim juga turun tangan menggantikan personel pria yang sudah kelelahan untuk melakukan pemadaman.
Jam kerja pun tidak berbeda, tak jarang ia bersama rekan-rekannya pulang dini hari setelah upaya pemadaman selesai.
Selain tuntutan profesi, hal itu dilakukan atas dorongan rasa kemanusiaan. Karhutla yang marak terjadi menyebabkan kualitas udara menurun, sehingga dikhawatirkan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat.
“Sebenarnya motivasi utama kami adalah atas dasar kemanusiaan. Dengan adanya karhutla lalu kabut asap efeknya kan pada kesehatan, terutama anak-anak yang masih rentan kasihan,” tuturnya.
Dibalik kerasnya tugas sebagai personel BPBD, menurutnya banyak hal positif yang bisa ia dapat. Salah satunya rasa persaudaraan dan solidaritas sesama anggota BPBD menjadi lebih erat karena berbagai kesulitan yang dihadapi bersama.
Di sisi lain, sehubungan dengan masih maraknya Karhutla di Kotim ia mengimbau seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga lingkungan dan tidak melakukan pembakaran lahan.
Sebab, sekeras apa pun personel BPBD maupun tim gabungan memadamkan karhutla, jika masih ada yang membakar maka tidak akan ada habisnya. Sementara, dampak dari karhutla tidak mengenal batas usia maupun kalangan. (*)
Sumber: https://kalteng.tribunnews.com/2023/09/30/bukan-sekedar-pemanis-srikandi-bpbd-kotim-ikut-berjibaku-memadamkan-api-karhutla