TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT -Penanggulangan kebakaran hutan dan lahan atau Karhutladi Kotim selama ini menelan anggaran cukup besar bahkan hingga mencapai setengah miliar.
Informasi terhimpun, hasil kalkulasi total anggaran yang digunakan untuk penanggulangan bencana Karhutla di Kotim tersebut mencapai lebih setengah miliar rupiah.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim Multazam membeberkan, anggaran yang digunakan selama penetapan status siaga darurat bencana Karhutla di Kotim tersebut mencapai Rp 380 juta.
“Dana ini adalah dana yang disediakan untuk operasional penanganan karhutla saat siaga darurat bencana 24 Mei – 11 September 2023, sekitar Rp 380 juta, tapi itu angka kisaran karena saya tidak hafal detailnya. Dalam penanggulangan Karhutla di Kotim ini kami tidak mengenal hari kerja, hari minggu pun tetap aktif menangani karhutla,” ungkapnya, Selasa (19/09/2023).
Anggaran itu digunakan untuk keperluan logistik atau konsumsi personel yang melakukan pemadaman dan bahan bakar minyak (BBM) armada yang digunakan. Khusus untuk personel BPBD Kotim tanpa melibatkan pasukan dari instansi lain.
Kemudian, sejak ditetapkannya status tanggap darurat bencana karhutla pada 12 – 25 September 2023 atau 14 hari, anggaran penanggulangan Karhutla di Kotim tersebut ditambah sebesar Rp 260 juta yang bersumber dari dana Biaya Tak Terduga (BTT).
Sehingga, jika ditotal anggaran penanggulangan Karhutla di Kotim dari sejak status siaga hingga tanggap darurat sudah mencapai kisaran Rp 640 juta.
Bedanya, penggunaan anggaran tanggap darurat ini bukan hanya untuk personel BPBD Kotim melainkan juga pasukan dari instansi lainnya yang bergabung dengan BPBD dalam upaya penanggulangan karhutla. Antara lain, TNI, POLRI, Manggala Agni, KPHP, dan lain-lain.
“Yang diambil dari BTT itu sejak penetapan status tanggap darurat, sebesar Rp 260 juta untuk 14 hari dengan 87 personel. Tapi pada status tanggap ini kami tidak bekerja sendiri-sendiri, melainkan menjadi satu tim dibawah komando BPBD,” ujarnya.
Menurutnya, anggaran Rp 260 juta itu cukup untuk operasional selama masa tanggap darurat 14 hari. Selanjutnya, pihaknya akan melakukan evaluasi kembali untuk menentukan perlu atau tidaknya perpanjangan status tanggap tersebut, begitu pula terkait pengajuan anggaran tambahan.
Sementara itu, terkait perkembangan kasus Karhutla di Kotim saat ini menurut Multazam dengan adanya hujan cukup membantu mengurangi kemunculan titik panas atau hotspot. Namun, bukan berarti ancaman karhutla hilang sepenuhnya.
Terutama di wilayah selatan Kotim yang cenderung lebih sedikit intensitas curah hujannya. Saat wilayah perkotaan diguyur hujan hampir setengah hari, wilayah selatan Kotim justru panas dan baru mendapat hujan pada malam hari dengan durasi yang tergolong singkat dan intensitasnya ringan.
“Intinya, kita tetap harus waspada terhadap terjadinya karhutla. Khususnya di wilayah selatan, seperti Kecamatan Teluk Sampit dan Mentaya Hilir Selatan. Meski ada hujan di wilayah tengah, tapi di selatan sering lepas dari awan hujan,” pungkasnya. (*)
Sumber: https://kalteng.tribunnews.com/2023/09/19/penanggulangan-karhutla-di-kotim-menelan-anggaran-hingga-setengah-miliar-rupiah-lebih