SAMPIT – Pemadaman listrik secara merata khususnya di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur menjadi fenomena unik, pasalnya tidak biasanya listrik padam hingga mencapai 24 jam.
Kebiasaan masyarakat menggunakan alat listrik menjadi hal yang sulit jika keadaan listrik mati, salah satunya dalam memasak nasi.
Sih Widada, salah satu warga Kelurahan Baamang Barat, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotim terpaksa menggunakan cara lama dalam memasak nasi, yaitu menanak nasi di kompor.
“Zaman dulu memang sudah biasa jika menanak nasi dengan panci, bahkan masih menggunakan kayu bakar, namun saat ini jarang dilakukan,” ujarnya.
Widada yang lahir di Sampit pada tahun 1962 ini menuturkan, jika dulu juga ada panci khusus yang tebal untuk memasak nasi dan rasa nasinya khas.
Kata Dia, jika prosesnya memang lambat, rumit dan tidak praktis, berbeda dengan rice cooker zaman sekarang menggunakan listrik lebih praktis.
Beras dimasukan setelah rebus air. Begitu masuk mendidih dimasukan beras, mendidih sembari harus diaduk, jika air kebanyakan dicedok dan jika hampir kering, panci ditutup kemudian api dikurangi atau ditinggal baranya saja jika menggunakan kayu api.
“Dan itu rutin dilakukan zaman dulu oleh warga Sampit setiap memasak hingga sekitar tahun 1990an,” ungkapnya.
Seperti diberitakan, hujan disertai angin dan petir dengan intensitas tinggi yang mengguyur sebagian wilayah Kalimantan Tengah menyebabkan pohon tumbang yang menimpa Tower Transmisi sehingga mengakibatkan terhentinya pasokan listrik pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kilo Volt (KV) pada Jalur Transmisi Kasongan – Parenggen – Sudan.
Akibatnya, terganggunya suplai listrik di sebagian wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, pada Selasa 11 Oktober 2022 malam. (Nardi).
(Visited 1 times, 1 visits today)
Sumber: https://beritasampit.co.id/2022/10/13/listrik-padam-warga-sampit-kembali-masak-nasi-dengan-cara-tradisional/