SAMPIT – Kasus stunting di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Pemkab Kotim terus menekan kasus gagal tumbuh itu hingga mencapai target 14 persen.
“Alhamdulillah kasus stunting di tempat kita terus turun setiap tahunnya,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kotim, Umar Kaderi, Kamis, 8 Februari 2024.
Stunting menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotim karena memiliki dampak negatif jangka panjang pada kesehatan dan perkembangan anak. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang mengakibatkan tinggi badan mereka lebih pendek dari tinggi badan normal yang seharusnya mereka capai pada usia tertentu.
Sejak 2019 sampai sekarang, Kotim telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai salah satu kabupaten lokus penanganan stunting. Sejak saat itu pula penanganan stunting menjadi salah satu prioritas daerah di Kotim.
Hasilnya, dari tahun 2020 sampai 2023 kemarin kasus di wilayah itu turun. Berdasarkan data dari elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM), data prevalensi stunting di Kotim per 31 Desember 2021 sebesar 23,2 persen, menurun 4,2 persen dari 2020 yang sebesar 27,4 persen.
“Penurunan status pendek dan sangat pendek pada bayi atau balita juga terjadi pada tahun 2022 sebanyak 22,6 persen dan pada tahun 2023 menjadi 18,6 persen,” sebutnya.
Meski begitu, lanjut Umar Kaderi, berbagai upaya untuk penurunan stunting terus dilakukan Pemkab Kotim secara terintegrasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan sumber daya yang tersedia. Pihaknya juga berkomitmen untuk meningkatkan gizi pada anak-anak direntang 1000 hari pertama kehidupan.
“Pemkab Kotim juga melakukan grebek stunting untuk anak-anak kita terutama bagi mereka yang kurang mampu,” ucapnya.
Gerebek stunting atau gerakan berantas stunting, yaitu gerakan berkunjung ke lokasi anak yang stunting dengan memberikan secara langsung susu dan telur serta mengawal pelaksanaan pemberian ini setiap hari, selama tiga bulan ke depan dan diberikan kepada anak balita stunting sesuai kategori umurnya.
Dalam program gerebek stunting, pemerintah menyediakan 95.000 kotak susu UHT dan 195.000 butir telur yang akan dibagikan untuk kebutuhan selama 3 bulan kepada 2.163 balita stunting yang tersebar di 17 kecamatan dan 21 puskesmas se-Kotim.
Upaya itu dilakukan terus agar kasus stunting dapat terus menurun sampai target yang ditetapkan oleh pemerintah pusat yaitu 14 persen dapat tercapai.
“Ini kami lakukan pada tahun 2023 kemarin. Dengan upaya itu kami berharap kasus stunting turun menjadi 14 persen. Sehingga bayi-bayi kita tumbuh sehat dan terwujud generasi emas,” harapnya.
(dev/matakalteng)
Berita ini bersumber dari www.matakalteng.com dengan judul “Kasus Stunting di Kotim Mengalami Penurunan Setiap Tahunnya” yang diagregasikan via Google News.