TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG Kotim melalui Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit mendeteksi ada 47 titik panas atau titik hotspot yang tersebar di wilayah Kotim, pada Jumat (18/8/2023).
Hal ini menandakan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Bumi Habaring Hurung tersebut masih cukup tinggi.
Kepala BMKG Kotim Musuhayana menjelaskan, titik hotspot yang terpantau berdasarkan sensor modis (satelit Terra-Aqua) SNPP dan Noaa20 pada Jumat (18/8/2023). Laporan hotspot ini disampaikan satu hari setelahnya atau H+1.
“Sebanyak 47 hotspot yang terdeteksi kemarin tersebar di sejumlah kecamatan yang ada di Kotim. Penyebarannya hampir merata, tapi kebanyakan di wilayah selatan dan tengah Kotim,” ungkapnya.
Lebih jelasnya, penyebaran titik hotspot ini berlokasi di Kecamatan Antang Kalang 1, Mentaya Hilir Selatan 5, Teluk Sampit 11, Kotabesi 8, Baamang 15, Mentawa Baru Ketapang 3, dan Cempaga 4. Dengan tingkat kepercayaan rata-rata kategori menengah.
Ia mengatakan jumlah hotspot yang terdeteksi selama beberapa pekan terakhir mengalami peningkatan yang signifikan dibanding bulan-bulan sebelumnya. Kondisi ini terjadi seiring dengan musim kemarau yang meliputi wilayah Kotim saat ini.
Contohnya pada 16 Agustus 2022 lalu terdeteksi 60 hot spot, kemudian 17 Agustus 2023 terdeteksi 70 hot spot.
Disisi lain, berdasarkan peta kemudahan terjadinya kebakaran yang ditinjau dari analisa parameter cuaca wilayah Kalimantan Tengah pada 19 Agustus 2023 menunjukan bahwa wilayah selatan Kotim masuk zona merah karhutla yang artinya sangat mudah terbakar.
Sedangkan, wilayah tengah masuk zona kuning artinya mudah terbakar dan hijau artinya tidak mudah terbakar, lalu wilayah utara zona biru atau aman.
Sementara, untuk perkiraan pada 20 Agustus 2023 lebih parah, karena seluruh wilayah Kotim masuk zona merah karhutla.
Untuk itu, ia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap karhutla.
Baik itu secara tidak sengaja, seperti membuang puntung rokok yang masih menyala sembarangan, membakar sampah pada lokasi yang rawan karhutla, dan lainnya. Maupun, secara sengaja dengan tujuan membuka lahan pertanian dan sebagainya.
“Maka dari itu kami mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap karhutla. Terlebih seperti yang diketahui wilayah Kotim didominasi lahan gambut, yang apabila dalam musim kemarau seperti sekarang lahan gambut akan mongering dan mudah terbakar,” imbaunya. (*)
Sumber: https://kalteng.tribunnews.com/2023/08/19/bmkg-kotim-deteksi-47-titik-hotspot-tersebar-sebagian-wilayah-kotim-masuk-zona-merah-karhutla