SAMPIT – Anggota DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur Mariani mengingatkan, agar pemerintah lebih serius dalam menangani kasus stunting di Kotim. Mengingat kasus stunting di Kotim mengalami peningkatan sepanjang tahun 2023.
“Padahal yang kita ketahui pemerintah Kotim berhasil mendapatkan penghargaan penanganan stunting terbaik, yang menjadi pertanyaan mengapa bisa terjadi peningkatan bahkan yang cukup tinggi dibandingkan sebelumnya,”ujarnya, Rabu 8 Mei 2024.
Berdasarkan survei dari pemerintah pusat prevalensi stunting Kotim pada 2023 berada di angka 35,5 persen, sedangkan tahun sebelumnya angka stunting Kotim berada di kisaran 22 persen.
“Padahal pada Desember 2023 lalu Pemkab Kotim telah melakukan terobosan dalam upaya penurunan angka stunting di wilayah tersebut, berupa Grebek Stunting dengan cara membagikan telur dan susu ke rumah-rumah warga yang anaknya terindikasi stunting,”tegasnya.
Seharusnya kata Mariani, dengan adanya program itu bisa melakukan penurunan kasus stunting di Kotim. Apalagi anggaran yang digelontorkan tidak sedikit, yakni kurang lebih Rp1 miliar untuk program Grebek Stunting selama tiga bulan berturut-turut dengan jumlah sasaran 2.163 anak.
Sementara itu Bupati Kotim Halikinnor menyampaikan, hal itu bisa terjadi lantaran pemerintah pusat melakukan pengambilan sampel tidak secara merata, melainkan pada titik-titik atau lokus dengan kasus stunting paling banyak.
“Mungkin itu supaya kita termotivasi dan lebih gigih dalam penurunan stunting, karena pemerintah pusat menargetkan angka stunting 14 persen pada 2024 ini,” ucapnya.
Bahkan Halikinnor meminta semua pihak terkait melakukan rapat evaluasi terkait penanganan stunting dan berupaya mencari solusi atau terobosan baru untuk menekan angka stunting di Kotim.
(dia/matakalteng)
Berita ini bersumber dari www.matakalteng.com dengan judul “Perlu Penanganan Serius Kasus Stunting di Kotim” yang diagregasikan via Google News.