SAMPIT – Kondisi air Sungai Sampit di Kecamatan Mentaya Hilir Utara (MHU), Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), dikeluhkan warga setempat. Pasalnya, ada indikasi pencemaran sungai, sehingga ditemukan ratusan ikan yang mati secara misterius. Selain itu, kondisi air juga disebut-sebut tidak layak minum.
Merespons laporan warga, Pemkab Kotim yang dipimpin Wakil Bupati Kotim Irawati, selama dua hari pada Minggu (5/6) dan Senin (6/7) meninjau langsung ke lokasi, berdialog dengan perusahaan yang beroperasi di kawasan tersebut. Sebab, warga menduga pencemaran mengarah pada limbah perusahaan.
”Kami telah menerima laporan warga dan menindaklanjuti banyaknya ikan yang mati di bantaran Sungai Sampit. Jadi, sepanjang Sungai Sampit ini ada beberapa desa, yakni Desa Natai Baru, Rongkang, Ramban, dan Bagendang Tengah. Menurut penuturan warga, banyak ikan yang mati. Indikasinya ada pencemaran air di sekitar bantaran sungai,” kata Irawati.
Bupati Kotim Halikinnor menginstruksikan dirinya agar segera turun ke lapangan untuk melakukan peninjauan. Irawati didampingi Dinas Lingkungan Hidup, kepolisian, kecamatan wilayah setempat, dibantu damang, serta masyarakat.
Sepanjang aliran Sungai Sampit di wilayah MHU, ada empat perusahaan yang beroperasi. Agar masalah itu tidak meluas dan menimbulkan gejolak, pemerintah melakukan dialog dengan pihak perusahaan, di antaranya PT GAP, PT Agro Bukit, PT Sapta Karya Damai, dan PT Mustika Sembuluh.
”Ada beberapa perusahaan di sekitar Sungai Sampit yang kami datangi untuk meninjau TKP dan mengambil sampel dari aliran sungai atas, bawah, dan tengah,” ungkapnya.
Sampel yang diambil tersebut akan dikirim ke Unilab Jakarta untuk diuji. Hasil uji baru keluar sekitar satu bulan, sehingga selama menunggu hasilnya, pemerintah akan melakukan mediasi terhadap empat perusahaan yang dilewati aliran Sungai Sampit.
Sumber: https://www.radarsampit.com/berita/ratusan-ikan-mati-misterius-pemkab-langsung-turun-tangan-cek-dugaan-pencemaran.html