SAMPIT – Sejumlah tenaga kontrak yang tidak lulus seleksi melakukan unjuk rasa. Mereka menuntut agar SK mereka sebagai tenaga kontrak dikembalikan terutama tenaga pendidik, dengan alasan mendidik anak adalah basic mereka bukan berhuma atau bercocok tanam.
“Dua tahun jadi guru kontrak, merasa terangkat derajatnya dari guru honorer jadi kontrak daerah. Tapi ternyata pengorbanan saya selama 16 tahun terasa sia-sia,” kata Salmiah, salah satu eks guru tekon SMPN 1 Mentaya Hilir Utara, Senin 4 Juli 2022.
Menurutnya, keputusan yang diberikan oleh pemerintah daerah yaitu pengurangan tekon merupakan keputusan perih bagi mereka. Pasalnya belasan tahun pengorbanan mereka hanya dikalahkan dengan hasil seleksi. Tapi dirinya merasa saat menjawab seleksi merasa mampu namun ternyata ditetapkan tidak lulus.
“Kami merasa bodoh di atas kertas putih itu, padahal tugas kami adalah mencerdaskan generasi bangsa. Karena itu memang keahlian atau basic kami, bukan berhuma,” tegasnya.
Lanjutnya, basic mereka menanamkan kecerdasan untuk anak-anak meskipun gaji yang mereka terima hanya Rp 600 ribu. Bukan menanam tanaman sekalipun penghasilannya mencapai ratusan juta.
Dirinya mengaku sejauh ini pihaknya bekerja keras, banting tulang. Bahkan jika dinilai dengan kinerja Aparatur Sipil Negara mereka lebih ekstra. Namun dengan adanya keputusan itu, membuat mereka kecewa.
Sekalipun Pemkab telah merencanakan evaluasi ulang, pihaknya tidak akan mengikutinya. Karena dikhawatirkan tidak lulus lagi. Sehingga mereka merasa dibodohkan dengan kertas putih atau soal-soal yang diberikan.
“Kami hanya ingin kembalikan SK kami, karena pengorbanan kami besar untuk daerah ini. Kami berusaha agar SDM di Kotim kedepannya unggul tapi ini kenyataan yang kami terima. Kami dikalahkan dengan wajah baru,” teriaknya.
(dev/matakalteng.com)
Sumber: https://www.matakalteng.com/daerah/kotawaringin-timur/2022/07/04/demonstran-maaf-pak-basic-kami-mengajar-bukan-berhuma