Purwodadi – Bawaslu Grobogan turut mensukseskan program Forum Sosialisasi Pengawasan Partisipatif Bawaslu RI yang diselenggarakan di Kampung Sawah Krangganharjo (KSK),Sabtu malam (11/11/2023).
Dalam forum sosialisasi ini, Bawaslu Grobogan dan Bawaslu RI mendorong mahasiswa dan kaum muda untuk ikut berpartisipasi mengawasi tahapan Pemilu dari awal sampai akhir, bukan hanya pada saat hari pemungutan suara saja.
Tenaga Ahli Sumber Daya Manusia dan Organisasi Bawaslu RI, Muhammad Hanif Alusi mengajak mahasiswa Grobogan dan kaum muda di Grobogan untuk turut mengawasi Pemilu dari awal sampai akhir.
“Jadi bukan hanya awasi saat Hari H, pasca tungsura (penghitungan surat suara) kita awasi juga. Kita berharap sosialisasi pengawasan karena kita masyarakat, mahasiswa kaum muda ikut mengawasi. Indikator terendah pemilihan itu bisa memilih, tingkatan selanjutnya itu, masyarakat sipil bisa mengawasi,” katanya.
Hanif mengatakan Bawaslu kekurangan jumlah pengawas di TPS yang mana hanya punya satu pengawas per TPS. Sementara dinamika di TPS itu sangat vital sebab berkaitan dengan pergerakan suara yang disampaikan pemilih.
Dia mengatakan satu pengawas per TPS itu sangat kurang banget, sebab taruhlah, satu pengawas TPS keluar dari TPS 5 menit saja, maka bisa saja ada perubahan suara pada waktu 5 menit tersebut.
Berdasarkan pengalaman pada Pemilu 2019, Bawaslu kesulitan mencari pengawas TPS, apalagi kalau itu syarat minimal usia untuk pengawas TPS minimal 25 tahun. Problem ini sudah diupayakan dengan menurunkan syarat umur minimal pengawas TPS.
“Di lapangan pengawas TPS kekurangan orang, mau 2 orang tapi tak disetujui dalam Perppu. Umur pengawas TPS sekarang diturunkan, dulu 25 tahun, sekarang 21 tahun. Kalau tidak ada yg daftar boleh 17 tahun Makanya mahasiswa bisa ikut, masyarakat sipil bisa ikut mengawasi,” Kata Hanif.
Sedangkan narasumber anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, Abang Baginda Muhammad Mahfuz H berpesan agar mahasiswa turut mengawasi tahapan Pemilu dari awal sampai akhir.
Sebab Pemilu ini mesti diawasi agar menghasilkan pemimpin berkualitas. Selain itu, pengawasan atas Pemilu itu juga merupakan wujud demokrasi Pancasila, yaitu demokrasi dari oleh dan untuk rakyat.
“Awasi Pemilu supaya hasilkan pemimpin yang jujur, baik dan adil. Pemilu itu tujuan untuk berkuasa. Yang harus kita pastikan dalam Pemilu, supaya yang berkuasa itu, bagaimana caranya yang berkuasa itu bukan orang yang tidak baik. Supaya orang tidak baik jangan sampai berkuasa,” tuturnya.
Baginda mengatakan orang tidak baik pasti akan melakukan berbagai cara dalam Pemilu. Mereka bakal lakukan kecurangan mulai dari tahapan awal. Misalnya dalam tahapan verifikasi parpol, supaya parpol pesaing tidak lolos.
“Makanya peran mahasiswa bukan sekadar mengamati di TPS, tapi amati perkembangan politik, sebagai agent of change,” ujarnya.
Baginda juga berpesan kepada mahasiswa di Grobogan untuk mewujudkan demokrasi Pancasila. Dalam demokrasi ini, nilai nilai Pancasila menjadi dasar. Kalau hal ini benar benar dijalankan, Baginda yakin maka Pemilu kita harus beradab, adil, jujur sesuai dengan nilai Pancasila.
“Hindari politik hoax, jangan lakukan politik intoleransi. Cermati dan lihat track record dari calon legislatif, juga parpol lihat visi dan ideologi partainya,” katanya.
Sumber: https://grobogan.bawaslu.go.id/hai-mahasiswa-grobogan-yuk-awasi-pemilu-bareng-bawaslu-grobogan-stop-politik-hoax/