“Pagi ini kabut asapnya lebih tebal dari biasanya. Makanya tidak heran kalau kualitas udara juga lebih parah dari kemarin,” kata Yudi, warga Sampit, Minggu.
Pantauan pukul 05.30 WIB pagi, kabut terlihat cukup pekat. Ini diyakini dampak besar kebakaran lahan lantaran bau asap tercium cukup menyengat.
Sebagian warga yang beraktivitas maupun berolahraga memilih menggunakan masker. Namun sebagian warga lainnya tidak menggunakan masker.
Pekatnya asap juga mengganggu jarak pandang sehingga pengendara mengurangi laju kendaraan mereka untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit merilis kondisi cuaca pada pukul 06.00 WIB, jarak pandang di sekitar Bandara Haji Asan Sampit hanya sekitar 400 meter, padahal dalam kondisi normal jarak pandang mencapai hingga 10.000 meter.
Sementara itu berdasarkan aplikasi ISPUnet Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, indeks standar pencemaran udara (ISPU) pada parameter partikulat (PM 2.5) pada pukul 06.00 WIB sudah mencapai angka 253.
Paramater tersebut menunjukkan kualitas udara masuk dalam kategori Sangat Tidak Sehat. Masyarakat diimbau menggunakan masker karena tingkat kualitas udara yang dapat meningkatkan risiko kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.
Sementara itu berdasarkan situs IQAir dalam unggahan kondisi kualitas udara (AQI) dan polusi udara PM2.5 di Indonesia pada pukul 05.30 WIB, Sampit menduduki peringkat pertama kota paling berpolusi dengan angka 244, disusul Karawang Jawa Barat dengan angka 171 dan Indralaya Sumatera Selatan dengan angka 167.
}(document, ‘script’, ‘facebook-jssdk’));
Sumber: https://kalteng.antaranews.com/berita/653718/udara-pagi-di-sampit-masuk-kategori-sangat-tidak-sehat