TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT – Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Sampit dulunya merupakan primadona di Bumi Habaring Hurung, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).
Namun, kini gairah atau aktivitas jual beli di pasar semi modern itu nampaknya semakin lesu.
Perkembangan zaman ditambah adanya pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu terbukti menjadi pukulan keras bagi para pedagang di PPM Sampit.
Hingga akhirnya ratusan pedagang tak mampu bertahan dan terpaksa gulung tikar.
Seorang pedagang pakaian yang masih bertahan di PPM Sampit, Sulaiman, menjadi saksi dari perubahan PPM Sampit yang dulunya berjaya kemudian meredup seperti sekarang.
“Dulu PPM ini sangat ramai. Karena disinilah pusat belanja masyarakat, baik itu yang di dalam maupun di luar Kota Sampit, belanjanya ke sini. Tapi sekarang sepi,” tuturnya kepada Tribunkalteng.com, Senin (22/05/2023).
Sulaiman mengaku sudah berjualan di kawasan tersebut sejak PPM masih merupakan kawasan pasar inpres, sekira tahun 1992 silam.
Bisa dibilang dulu kawasan tersebut merupakan pusat ekonomi yang ada di Kota Sampit, karena aktivitas jual beli yang cukup tinggi.
Meski pun, kini aktivitas jual beli masih berjalan namun secara persentase jauh menurun. Bahkan, ia mengaku omzetnya sekarang anjlok hampir 100 persen, jika dibanding beberapa tahun lalu.
Keadaan mulai berubah semenjak banyaknya toko maupun pusat belanja yang lebih modern.
Lalu sekira tahun 2017, cobaan pedagang di PPM Sampit terasa semakin berat dengan bermunculannya toko-toko serba murah dan aktivitas belanja online yang telah menjadi kebiasaan baru masyarakat.
“Toko serba murah itu biasanya mematok satu harga untuk semua jenis barang. Sedangkan, kami tidak bisa seperti itu. Contohnya, 1 daster mereka jualnya Rp 35 ribu, sedangkan modal kami untuk 1 daster saja itu sudah Rp 75 ribu. Yang jelas dari segi kualitas berbeda, tapi kebanyakan pembeli sekarang lebih suka cari yang murah, dari pada kualitas,” tuturnya.
Dengan raut wajah sedih Sulaiman melanjutkan, bahwa cobaan yang mereka hadapi tak hanya sampai disitu. Saat pandemi Covid-19 yang menyebabkan perekonomian merosot tak sedikit pedagang PPM Sampit yang menyerah, karena pembeli yang semakin sedikit.
Ia pun tak tau sampai kapan bisa bertahan. Kendati begitu, ada niatan untuk mengembangkan jualan melalui online agar usahanya bisa bertahan.
Sumber: https://kalteng.tribunnews.com/2023/05/22/tergerus-perkembangan-zaman-dan-covid-19-ratusan-pedagang-di-ppm-sampit-gulung-tikar