BORNEONEWS, Sampit – Keberadaan buaya yang berkeliaran di parit Hak Guna Usaha (HGU) di areal perusahaan sawit di Desa Bagendang Permai, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, hingga kini masih menyisakan teka-teki. Pasalnya, lokasi kemunculan dengan sungai besar terbilang sangat jauh.
Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Jaga Sampit, Muriansyah saat ditanyaborneonews.co.idpun masih bingung akan penyebab buaya masuk ke parit HGU. Apalagi parit HGU ini hanya memiliki lebar 3 meter, bahkan cenderung kurang dari itu.
“Itu masih kami telusuri, tapi memang lebih condong ke alasan mencari makan berupa ikan,” ungkap Muriansyah, Minggu, 20 Februari 2022.
Secara luas wilayah, di parit HGU iti sebenarnya sangat jauh dari keadaan habitat yang disukai buaya. Sehingga diyakini menghambat pergerakan predator yang diyakini berukuran 2 meter hingga 3 meter itu.
Pihak BKSDA pun menduga, buaya tersebut berasal dari Sungai Buding (anak Sungai Sampit). Namun karena sumber makanan di Sungai Buding menipis, buaya masuk ke parit HGU hingga ke lokasi yang biasa dijadikan warga tempat mancing itu.
“Kami sempat memancing di tepi Sungai Buding. Tidak ada yang mematuk. Meski memang masih ada sambarannya. Tapi ikannya tidak ada,” tandas Muriansyah.
Sebelumnya, buaya muara kembali menampakkan diri di areal perusahaan kebun kelapa sawit yang biasa dijadikan tempat mancing favorit warga di Desa Bagendang Permai l, Kelurahan Mentaya Hilir Utara, Senin lalu, 14 Februari 2022.
Baca berita selengkapnya di Borneo News.