KOTA, JP Radar Kediri– Meski sosialisasi pembelian minyak goreng curah rakyat (MGCR) melalui aplikasi PeduliLindungi terus berjalan, beberapa pedagang masih kesulitan melakukannya. Mereka memilih bertransaksi langsung dengan konsumennya. “Banyak pembeli yang berusia lanjut kesulitan mengakses aplikasi PeduliLindungi,” ujar Srihana, pedagang peracangan di Pasar Bandar, Kota Kediri kemarin.
Tak hanya satu pembeli yang terkendala bertransaksi migor curah dengan aplikasi tersebut. Menurut Sri, ada beberapa konsumen yang tidak bisa menggunakan teknologi telepon seluler (ponsel) tersebut. Daripada sulit membeli migor dengan syarat itu, di antara pelanggan bahkan mengatakan lebih baik harga dinaikkan saja.
“Ya memang banyak yang mengeluh tidak bisa mendapat minyak goreng kalau ada syarat pakai aplikasi itu. Makanya memilih lebih baik dinaikkan saja harganya,” kata Sri mengutip keluhan beberapa konsumennya.
Seperti diketahui, syarat pembelian migor curah masih menggunakan fotokopi KTP untuk menunjukkan nomor induk kependudukan (NIK) atau memindai QR code melalui aplikasi PeduliLindungi. NIK itu yang akan dimasukkan pedagang ke aplikasi. Pembelian migor curah di Kota Kediri juga masih dibatasi.
Untuk satu NIK hanya diperbolehkan membeli sepuluh kilogram (kg) dalam satu hari. Hingga kemarin masih masa transisi penerapan kebijakan itu. Sosialisasi telah dilakukan sejak dua minggu lalu.
Meski begitu, hingga kemarin harga migor curah dalam kemasan jelang Idul Adha di Pasar Bandar masih stabil. Sri menjual Rp 14 ribu per liter. Dagangannya dipasarkan dengan berbagai ukuran kemasan. Mulai isi 4 ons harga Rp 4 ribu, satu liter Rp 14 ribu, hingga 1,5 liter Rp 20 ribu. “Saya jual dengan bermacam ukuran agar yang membeli menyesuaikan dengan keuangannya,” tutur pedagang yang kemarin berkaus cokelat itu.(c1/ndr)
KOTA, JP Radar Kediri– Meski sosialisasi pembelian minyak goreng curah rakyat (MGCR) melalui aplikasi PeduliLindungi terus berjalan, beberapa pedagang masih kesulitan melakukannya. Mereka memilih bertransaksi langsung dengan konsumennya. “Banyak pembeli yang berusia lanjut kesulitan mengakses aplikasi PeduliLindungi,” ujar Srihana, pedagang peracangan di Pasar Bandar, Kota Kediri kemarin.
Tak hanya satu pembeli yang terkendala bertransaksi migor curah dengan aplikasi tersebut. Menurut Sri, ada beberapa konsumen yang tidak bisa menggunakan teknologi telepon seluler (ponsel) tersebut. Daripada sulit membeli migor dengan syarat itu, di antara pelanggan bahkan mengatakan lebih baik harga dinaikkan saja.
“Ya memang banyak yang mengeluh tidak bisa mendapat minyak goreng kalau ada syarat pakai aplikasi itu. Makanya memilih lebih baik dinaikkan saja harganya,” kata Sri mengutip keluhan beberapa konsumennya.
Seperti diketahui, syarat pembelian migor curah masih menggunakan fotokopi KTP untuk menunjukkan nomor induk kependudukan (NIK) atau memindai QR code melalui aplikasi PeduliLindungi. NIK itu yang akan dimasukkan pedagang ke aplikasi. Pembelian migor curah di Kota Kediri juga masih dibatasi.
Untuk satu NIK hanya diperbolehkan membeli sepuluh kilogram (kg) dalam satu hari. Hingga kemarin masih masa transisi penerapan kebijakan itu. Sosialisasi telah dilakukan sejak dua minggu lalu.
Meski begitu, hingga kemarin harga migor curah dalam kemasan jelang Idul Adha di Pasar Bandar masih stabil. Sri menjual Rp 14 ribu per liter. Dagangannya dipasarkan dengan berbagai ukuran kemasan. Mulai isi 4 ons harga Rp 4 ribu, satu liter Rp 14 ribu, hingga 1,5 liter Rp 20 ribu. “Saya jual dengan bermacam ukuran agar yang membeli menyesuaikan dengan keuangannya,” tutur pedagang yang kemarin berkaus cokelat itu.(c1/ndr)
Sumber: https://radarkediri.jawapos.com/kediri-raya/ekonomi/07/07/2022/pembeli-masih-kesulitan-transaksi-dengan-aplikasi/