Hujan Ringan Hingga Sedang 3 Hari Guyur Sampit, BMKG Kotim Imbau Tetap Waspada Karhutla

TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT – Hujan intensitas ringan hingga sedang mengguyur Sampit dalam tiga hari terakhir disambut baik warga Kota Mentaya, karena Karhutla di Kotim juga tampak berkurang.

Harapan warga Bumi Habaring Hurung ini, dalam tiga hari terakhir Sampit, diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang dengan durasi yang tergolong singkat bisa memadamkan Karhutla di Kotim.

Namun, tidak demikian diungkapkan BMKG Kotim menanggapi curah hujan di musim kemarau tersebut.

“Hujan yang terjadi dalam 3 hari itu hanya bentuk anomali cuaca atau gangguan cuaca jangka pendek,” ungkap prakirawan BMKG Kotim, Mitra Hutauruk.

Mitra Hutauruk, Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kotim melalui Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit tersebut menjelaskan hingga terjadi hujan tersebut.

Ia mengatakan, fenomena anomali cuaca tersebut hanya bersifat sementara dan tidak bisa menjadi acuan bahwa musim kemarau akan segera berakhir.

“Hujan yang terjadi beberapa hari terakhir merupakan gangguan cuaca jangka pendek, bisa kami katakan bahwa fenomena ini hanya dalam minggu ini saja. Karena besok dan lusa kembali berawan, lalu pada tanggal 10 dan 11 kembali ada potensi hujan, tapi tanggal 12 dan seterusnya sampai awal oktober kembali berawan,” jelasnya, Kamis (7/09/2023).

Lebih lanjut ia menerangkan, untuk menentukan musim kemarau atau musim hujan diukur dengan tingkat curah hujan per dasarian atau hitungan per 10 hari setiap bulannya.

Apabila dasarian I tingkat curah hujan yang terukur lebih dari 50 mm dan diikuti dengan 2 dasarian berikutnya, maka saat itu bisa ditentukan sebagai awal musim hujan.

Sebaliknya, jika dasarian I tingkat curah hujan yang terukur dibawah 50 mm atau sifat hujan dibawah normal, dan diikuti dengan 2 dasarian berikutnya, maka saat itu bisa ditentukan sebagai awal musim hujan.

“Kami biasanya merilis data prakiraan itu per 3 dasarian, misalnya untuk menentukan musim hujan atau kemarau. Apabila di dasarian pertama lebih dari 50mm per 10 hari diikuti dengan 2 dasarian selanjutnya dalam kondisi yang sama atau lebih maka kami bisa tentukan bahwa yang terjadi itu adalah awal musim hujannya, begitu pula sebaliknya,” tuturnya.

Adapun, berdasarkan prakiraan cuaca saat ini pada dasarian II dan III bulan September hingga dasarian I bulan Oktober curah hujan masih rendah atau sifat hujan dibawah normal, sehingga bisa dikatakan bahwa musim kemarau masih berlanjut hingga dasarian I Oktober.

Selanjutnya, untuk prakiraan lebih jauh akan diperbaharui kembali per 3 dasarian berikutnya.“Sedangkan, untuk akhir musim kemarau kami menunggu rilis resmi dari BMKG Pusat. Yang jelas harus melihat sifat hujan dalam 3 dasarian, baru bisa kami sebut sebagai awal musim hujan atau musim kemarau,” ujarnya.

Sehubungan dengan musim kemarau yang masih berlangsung tersebut, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Hindari tindakan yang dapat memicu terjadinya kebakaran, seperti membuang puntung rokok atau membakar sampah sembarangan. Serta, menggunakan masker untuk menghindari dampak penurunan kualitas udara.

“Masyarakat juga kami imbau untuk peduli dengan lingkungan. Jangan hanya karena bukan lingkungan tempat tinggalnya sendiri jadi tidak peduli. Mari kita bersama-sama menjaga agar lingkungan kita tetap aman dari potensi terjadinya karhutla atau kebakaran pada umumnya,” tandasnya. (*)