*Dinas Lakukan Lockdown dan Sosialisasi
*Kotim Terancam Krisis Sapi
PANGKALAN BUN/TABENGAN.COM – Berdasarkan sampel dari 20 ekor sapi milik masyarakat di Kelurahan Baru dan Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Arut Selatan, 11 sapi di antaranya suspect Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Saat ini tim dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Kotawaringin Barat melakukan pengobatan, agar virus tersebut tidak menyebar ke hewan lainnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kobar Rosehan Pribadi melalui Sekretaris DPKH Haryo Prabowo, yang didampingi Kabid Pembibitan dan Produksi Ternak Risanti, mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan sampel yang dikirim oleh Balai Veteriner Banjarbaru ke Pusat Vetenarian Farma Surabaya pada 9 Mei 2022.
“11 ekor sapi yang suspect PMK itu jenis sapi bali dan limosin, dimana sapi sapi tersebut di datangkan dari Jawa Timur guna memenuhi kebutuhan daging saat Idul Fitri. Tetapi para peternak yang ada di dua kelurahan tersebut, mencurigai adanya penyakit PMK karena kondisi sapi-sapinya sakit, itulah awal turunnya tim dari Balai Veteriner Banjarbaru,” ujar Haryo Prabowo kepada Tabengan, Rabu (11/5/2022).
Kecurigaan adanya virus PMK itu, berkaitan juga dengan adanya surat edaran dari Kementerian perihal larangan pengiriman ternak sapi dari Jawa Timur dan Aceh. Itu pun sampelnya hingga saat ini belum keluar, masih terindikasi, namun gejalanya telah muncul.
“Tim dari Balai Veteriner telah mengeluarkan peringatan dan untuk memutus mata rantai penyebaran, maka langsung dilakukan lockdown terhadap ternak yang diambil sampel. Begitu juga dilakukan penyemprotan disinfektan, virus PMK ini tidak menyebar kemanusiaan, namun mengancam ke ternak yang ada di sekitarnya, meski saat ini ternak ternak yang suspect belum ditemukan ada yang mati,” ujar Haryo.
Haryo juga menjelaskan, saat ini jumlah populasi hewan ternak sapi di Kobar ada sekitar 20 ribu lebih, baik milik masyarakat maupun pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan seperti milik CBI.
“Kami pun telah mendirikan pos pengaduan bagi peternak yang menemukan gejala dari PMK itu sendiri. Sebanyak 24 peternak telah kami berikan sosialisasi, jika menemukan gejala gejala pada ternak sapinya seperti luka pada kuku, demam, ada luka pada bagian lidah seperti sariawan dan sapinya terus mengeluarkan air liur, maka untuk segera menyampaikan kepada petugas kami, untuk dilakukan pengobatan,” ujar Haryo.
Menurutnya, dengan adanya kasus PMK yang terjadi di wilayah Jatim dan Bali, secara otomatis akan memengaruhi ketersediaan daging di Kobar. Untuk satu hari kebutuhan daging sapi sekitar 10-15 ekor, dan didatangkan dari Jatim dan Jateng.
“Meski virus PMK ini tidak menular pada manusia, namun demikian dengan munculnya kasus PMK ini akan berdampak menurunkan konsumsi daging sapi. Terutama yang kita khawatirkan akan berdampak pada pelaku UMKM, seperti penjual bakso dan olahan yang menggunakan daging sapi. Tetapi masyarakat kami minta jangan takut dan kami sarankan membeli daging yang proses pemotongannya melalui rumah potong hewan (RPH),” imbuhnya.
Selain itu, diimbau juga kepala para pejagal, untuk memanfaatkan rumah potong hewan, agar sapi sapi yang akan dipotong terlebih dahulu melalui proses pemeriksaan kesehatan. Sebab diakui masih banyak para pejagal yang memotong sapi sendiri, bukan melalui RPH.
Kotim Terancam
Wabah PMK yang terjadi di sejumlah kabupaten di Jateng dan Jatim, berimbas hingga ke Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), mengakibatkan terancamnya krisis daging sapi, yang diperkirakan hingga Lebaran Idul Adha mendatang.
“Sementara ini kami tidak bisa mendatangkan sapi dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, akibat wabah PMK. Padahal selama ini pemenuhan kebutuhan daging sapi di Kotim memang hanya dari sana,” kata Ali Rido, pedagang sapi di Desa Telaga Baru, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Rabu.
Keadaan ini tentunya cukup mengkhawatirkan, sebab stok sapi yang ada di sejumlah pedagang sapi jumlahnya sudah sangat terbatas. Mungkin hanya cukup untuk beberapa hari kedepan.
“Sapi yang saya miliki sekarang tinggal 16 ekor saja, dan dalam 2 hari ke depan sapi-sapi itu sudah habis dipotong. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, 2 bulan lagi kaum Muslimin akan merayakan Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah, ada kemungkinan kegiatan qurban terancam tidak bisa terlaksana karena sapi kosong,” ungkapnya.
Menurutnya, sapi yang terkena PMK jelas tidak bisa dikonsumsi, sebab penyakit itu berbahaya bagi yang memakannya. Tak hanya Ali, dampak ini juga dialami penjual sapi bernama Husaini, yang mengaku pada hari ini (kemarin) merupakan terakhir pihaknya menjual sapi karena tidak ada lagi stok. Sedangkan, pengiriman sapi belum tahu kapan bisa kembali normal.
“Belum tahu kapan di Pulau Jawa boleh ngirim sapi. Karena saat ini wabah PMK masih melanda sejumlah kabupaten di daerah tersebut,” terang Husaini.
Menurutnya, dalam beberapa hari ke depan dapat terjadi kenaikan harga daging sapi di Sampit. Kemungkinan harganya bisa sampai di atas Rp160 ribu per kilogramnya. c-uli/c-prs
Sumber: https://www.tabengan.com/bacaberita/64396/11-sapi-suspect-pmk/